Menjadi mahasiswa seni rupa di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) pada era 1990an, Anggun Priambodo mulai dikenal luas di luar kampus pada awal 2000an melalui berbagai medium karyanya. Sebagai penulis lirik dan penampil, Anggun menjadi vokalis dan merilis album band indie rock-nya, Bandempo. Anggun juga mulai aktif membuat video art dan berpameran. Bersama Henry Foundation, Anggun membentuk The Jadugar, duo sutradara video musik. Selanjutnya, melanglang lebih jauh lagi, Anggun terus aktif berpameran seni, membuat video musik, merancang clothing line, menjadi sutradara film, dan macam-macam lainnya.
Memiliki banyak saluran, Anggun kerap dapat menempatkan gagasan yang cocok dengan medium karyanya. Dalam aneka aksi keseniannya, komposisi karya Anggun dapat dilihat bergaya, humoris, polos, kekanak-kanakan, perasa, sembrono, sederhana, dan eksperimental. Semakin kompleks mediumnya, atau semakin panjang durasi karyanya, biasanya semakin campur-aduk dihadirkan oleh Anggun Priambodo.

Dimulai dengan ‘Negosiasi‘. Musik elektronik minimalis, sound serasa dimainkan Kraftwerk, bertemu dengan spoken word dari Anggun. Negosiasi akan selalu terjadi, setiap waktu, setiap hari. Kita ke luar rumah, sudah pasti akan bertemu negosiasi. Di rumah sendirian saja sudah akan ada negosiasi; negosiasi dengan diri sendiri. Negosiasi menuju sebuah tujuan bersama. Tanpa kita sadari, sedari kecil kita sudah belajar, diajari untuk bernegosiasi: pada bapak, pada ibu, pada mbak, pada adik dan kakak. Lalu kita bertemu dengan dunia sekolahan… wah, apa lagi itu? Kita bertemu dengan teman yang hanya kita temui di sekolah saja, di dalam kelas, lalu kita mengenal dengan guru yang selalu mengajari ini dan itu. Kita ternyata sudah bernegosiasi sedari dini….
“Seperti ingin membuat sebuah audio manual tentang hal yang penting: negosiasi,” ungkap Anggun tentang lagu ini.
Lagu kedua adalah hard bop agresif tapi gemas berjudul, ‘Menangkapnya‘. Lirik bercerita tentang seorang teman yang rela membohongi, berbuat curang demi kepentingan pribadi. “Saya suka sekali dengan pukulan drum dan betotan contrabass-nya, jazzy tapi urakan,” jelas Anggun.

Lagu ketiga, ‘Keselamatan Kucing Adalah No.1‘, adalah musik ilustratif yang mengiringi laporan kepada petugas damkar meminta untuk menyelamatkan seekor kucing liar yang terpelosok jatuh di pekarangan belakang rumah. Kemudian Anggun bernyanyi kepada kucing untuk makan dulu, menenangkan diri, dan tidak stres. Tak lupa Anggun berterima kasih kepada Pak Damkar.
Lagu keempat, ‘Aku Takut Cicak dan Ketinggian‘, berisi obrolan jenaka Anggun dengan vokalis perempuan Tanya Ditaputri; saling memperkenalkan diri hingga menanyakan ketakutan masing-masing, bersama musik alternative/indie dance.
Selanjutnya, hadir ‘Sumber Daya Gambar 1‘. Pengaruh hip hop, antara lain kegemaran Anggun pada Beastie Boys dan Digable Planets, menemani petikan percakapan Anggun dalam pertemuan-pertemuan ketika menjadi kurator untuk pameran seni grafis Syaiful Ardianto.

Lagu berikutnya, Anggun bernyanyi mengungkapkan rasa hatinya saat baru saja berulang tahun. Suka duka album ditutup dengan menghadirkan kembali dokumentasi percakapan seni rupa bersama Syaiful Ardianto dalam ‘Sumber Daya Gambar 2‘. Akhirnya, perjalanan audio pun tamat, ditutup tepuk tangan yang tak terlalu riuh, bersahaja.
‘Aku Takut Cicak dan Ketinggian‘ diproduseri oleh Dwi Pramono dan Anggun Priambodo. Semua komposisi musik oleh Dwi, sementara Anggun menulis lirik. Satu lagi pengalaman baru dan seru bersama karya Anggun Priambodo.
#rilisanbaru #anggunpriambodo #akutakutcicakdanketinggian #thejadugar #bandempo #indierock #musikindonesia